Sabtu, 10 September 2011

Tugas Bahasa Indonesia

 Nasihat Seorang Ibu
Suatu hari aku mengaji di rumah bersama ibu. Ibu duduk di ruang tamu dekat dengan rak rak buku dari kayu yang sudah tua dan rapuh. Kitmatnya mengaji sampai tiba tiba beliau batuk. Tidak tinggal diam, aku mengambilkan segelas air putih dengan langkah pelan – pelan tapi pasti. Seteguk demi seteguk ibu meminumnya dengan diakhiri kalimat, “Alhamdulillah” lalu beliau menikmati mengajiny kembali.

Satu…dua…tiga halaman dilewatinya hingga terucap kalimat keluar dari mulut beliau, “Sodaqallahuladzim”, menandakan seseorang telah selesai mengaji. Aku yang masih kecil hanya bisa ikut ikutan ibu dan membantu mengambalikan Alquran milik beliau kemali ke tempatnya semula. Mengaji memang kegiatan yang mulai jarang dilakukaan banyak orang, untuk itulah ibu menasihatiku agar senantiasa mengaji untuk mendapatkan rido dan pahala dari Allah SWT semata – mata. Dengan punggung membungkuk layaknya seorang nenek ang sudah lanjut usia, ibu mengambil sebuah buku dan menyuruhku untuk membacanya sampai tiba tiba terdengar bunyi azan salat isya.
Aku betangkat ke masjid dengan wajah termenung penh dengan keseriusan sambil mengingat  ingat nasihat ibu yang diberikan kepadaku, dimana keseriusan ini terbaw hanyut dalam salatku. Kusebut sebut nama nama agung Allah SWT seesai salatku dan tak lupa kudoakan kedua orang tuaku agar senantiasa diberi kesehatan. Dengan langkah cepat kembali ke rumah, terdengar suara penuh kewibawaan dan berbisik, “Patuhilah nasihat orang tuamu”! Suara ini menghantuiku dan terngiang dengan jelas dalam telingaku sampi setibanya di rumah.
Tampak ibu sedang berbaring tidur di sofa sambil mengenakan rukuh menandakan beliau telah selesai salat isya. Aku mencoba membangunkannya berulang kali dengan hati semakin berdebar debar. Apa daya diriku apabila badan telah mendingin, bibir telah membiru, dan nafas tak berhembus, ya... ternyata ibu telah meninggal. “Innalillahi wa innailaihirajin” terucap keluar dari mulutku dengan air mata berlinang siap mengalir ke wajahku sambil berdoa dalam hatiku, “Ya Allah, betapa Maha Kuasanya engkau, betapa Maha Besarnya engkau, betapa Maha Agungnya engkau, sedangkan hambamu ini tak lebih dari sekedar debu bagimu. Hamba hanya ingin engkau menerima ibu disisimu”. Dengan doa sederhana yang kupanjatkan ini, aku mencium kening ibuku dangan tangis tersedu sedu sambil mengingat ingat nasihat nasihat terkhirnya yang akan kuingat dan senantiasa ku amalkan, sampai ajal menjemputku.
(Untuk mengingat jasa seorang ibu yang sering kita lupakan)

Urutan Peristiwa:
  1. Mengaji bersama ibu
  2. Mengambilkan segelas air
  3. Mendapat nasihat dari ibu
  4. Azan salat isya
  5. Pergi ke masjid untuk salat isya dan mendoakan ibu
  6. Pulang ke rumah dan mendapat bisikan hati
  7. Ibu menghembuskan nafas yang terakhir
  8. Mendoakan ibu dan mengamalkan nasihat beliau
Ivan Dana Saputra/15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar