Ketidakefektifan
Sistem Poin
Saat
ini di berbagai sekolah sedang gencar-gencarnya menerapkan pendidikan karakter.
Salah satu caranya adalah dengan penggunaan sistem poin. Penggunaan sistem poin
memang sudah banyak diterapkan untuk mengurangi pelanggaran yang dilakukan
siswa seperti misalnya terlambat,
menggunakan ponsel saat jam pelajaran, dll. Namun, seberapa efektifkah penggunaan sistem poin ini dapat
meminimalisir terjadinya pelanggaran?
Selain itu, dengan pemberlakuan sistem
poin diharapkan dapat meningkatkan rasa disiplin dan rasa bertanggung jawab.
Misalnya, seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah. Dengan adanya sistem
poin, siswa yang terlambat tersebut diharapkan dapat lebih disiplin dan
bertanggung jawab di hari berikutnya sehingga tidak terlambat lagi. Tetapi
semua itu baru harapan. Tidak ada jaminan bahwa siswa tersebut tidak akan
terlambat di hari berikutnya.
Hal
tersebut membuktikan bahwa belum efektifnya sistem poin yang diterapkan.
Seperti di SMA 01 Salatiga yang memberlakukan sistem tingkatan poin. Poin
maksimal yang diberi sekolah adalah 150 poin. Dengan 150 poin untuk satu tahun,
siswa masih dapat terlambat beberapa kali sebelum mencapai poin maksimal.
Sayangnya, pemberlakuan sistem poin
tersebut sedikit terlalu longgar, sehingga banyak siswa yang menganggap remeh
pemberian poin tersebut. Mungkin saja mereka beranggapan bahwa poin yang mereka
daoat masih jauh dari poin maksimal, sehingga mereka santai saja mengahadapi
sanksi yang akan mereka dapat.
Oleh sebab itu, pihak sekolah
membutuhkan sistem lain yang lebih efektif daripada sistem poin. Barangkali, merubah sistem pemberian
poin menjadi lebih ketat dapat dijadikan salah satu solusi. Dengan demikian, pelanggaran dapat diminimalisir dan sistem
pendidikan karakter tetap berjalan.
Amareta FP/02/X5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar