Di zaman ini, pendidikan karakter
amatlah dibutuhkan bagi siswa. Sebab, globalisasi yang amat cepat
dapat mempengaruhi karakter siswa baik yang buruk maupun yang baik.
Sekarang, tinggal memikirkan bagaimana cara membuang karakter buruk
siswa. Salah satu caranya adalah dengan kantin kejujuran.
Kantin kejujuran yang saat ini sedang
digembar-gemborkan oleh pemerintah dalam membentuk kejujuran siswa
adalah salah satu upaya dalam memberikan pendidikan karakter. Hal itu
dapat dilihat dari siswa mengambil barang, membayar, serta mengambil
kembalian sendiri tanpa ada mengawasi. Selain itu, kantin kejujuran
juga membentuk kemandirian siswa.
Namun, berbeda kenyataannya dengan SMA
Negeri 1 Salatiga. Di sana baru saja dibuat kantin kejujuran. Namun
peminatnya masih sedikit. Mengapa demikian? Ternyata, usut punya usut
guru masih menjaga kantin kejujuran tersebut. Bagi sebagian murid SMA
Negeri 1 Salatiga itu menyalahi aturan. Sebab, namanya saja kantin
kejujuran kenapa ada guru yang menjaga? Kesannya seperti anak bebek
yang masih ikut induknya.
Sampai kapan keadaan itu akan
berlanjut? Bukankah hal itu akan membuat siswa tidak bisa
mengeluarkan karakter kejujurannya? Memang, guru hanya diam saja dan
hanya mengawasi. Tapi, bukankah itu sama saja memberi tekanan kepada
siswa ingin jujur. Kalau masih diawasi oleh guru, berarti
namanya bukan kantin kejujuran.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan
bahwa kantin kejujuran di SMA Negeri 1 Salatiga belum diminati siswa
karena guru masih mengawasi. Bagaimana bisa berlatih jujur dan
mandiri jika masih ada guru yang mengawasi? Apakah akan membentuk
karakter siswa jika masih diawasi? Semua itu kita kembalikan pada
pribadi masing-masing siswa.
Nama : Dewi Khusnul Khotimah
Kelas : X5
Absen : 05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar