Pemberlakuan
Sistem Poin
Pelanggaran tata tertib
yang dilakukan oleh siswa sudah wajar di setiap sekolah. Mulai
dari pelanggaran kecil hingga pelanggaran yang besar, bahkan
sampai tingkat dikeluarkan dari sekolah. Banyak sekolah yang
memberikan sanksi langsung, maupun tidak langsung, baik keras,
maupun tidak keras. Sistem tata tertib
sering diberikan dan
dirubah, ada sanksi langsung dan
ada sanksi poin. Sistem poin inilah yang
sebagian besar telah
digunakan di sekolah-sekolah, seperti
SMAN 1 Salatiga, SMAN 3 Salatiga, dan SMA negeri lainnya, meskipun
masih ada siswa yang
berani melanggar sistem poin tersebut.
Pemberlakuan
sistem poin pada pelanggaran tata tertib di sekolah sudah tidak
begitu dipermasalahkan oleh siswa. Meski
begitu, masih ada siswa yang
takut akan sistem poin tersebut. Pemberlakuan sistem poin bisa
membuat siswa tertib dengan
adanya penambahan tingkat ketegasan.
Kebanyakan
siswa tidak mengindahkan sistem tersebut. Sebagai
contoh, ada siswa yang
terlambat masuk sekolah dan
sudah mendapat poin, tetapi
dikemudian hari siswa tersebut terlambat masuk sekolah lagi. Siswa
yang
kedapatan melanggar tata tertib seperti
rambbut panjang bagi laki-laki, sepatu yang
didominasi warna putih, itu saja
tekadang hanya diperingatkan oleh guru yang melihat.
Akan
tetapi, jika guru yang
sangat tegas mendapati siswa yang
melanggar tata tertib tersebut, pasti sudah mendapat poin. Tampak
adanya perbedaan antara siswa yang takut akan sistem tersebut dengan
siswa yang menganggap sistem tersebut biasa saja. Sebagai
bukti, siswa yang
takut pasti mulai dari sepatu, kaos kaki, pakaian, penampilan, dan
perilaku mengikuti tata tertib.
Pemberlakuan
sistem poin tersebut bertujuan untuk
meningkatkan ketertiban siswa dengan
poin maksimal 150 poin. Dalam hal ini,
guru tidak perlu melakukan sanksi secara langsung kepada siswa. Siswa
yang melanggar
tata tertib, sedikit demi sedikit sudah mengumpulkan poin pelanggaran
pada kartu pelanggaran yang diberikan
sekolah.
Dengan
demikian, pemberlakuan sistem poin
kepada siswa telah berlangsung efektif, seperti
sekolah-sekolah yang
mempunyai siswa tertib dengan
peraturan, walaupun
masih ada siswa yang
melanggar. Siswa yang
mentaati peraturan yang
sudah ditetapkan, pasti akan terhindah dari poin tersebut.
Oleh : Gigih Setyawan (X5/11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar