Sabtu, 28 Januari 2012

Kantin Kejujuran Sarana Pembentukan Karakter


          Kejujuran, karakter yang secara otomatis pasti sudah ditanamkan oleh keluarga kita semenjak dini. Berbagai macam cara berusaha dilakukan agar kejujuran dapat menjadi salah satu sifat dasar dari kita. Akan tetapi, seiring dengan datangnya arus globalisasi yang sangat deras ini, kujujuran seperti ikut memudar layaknya atmosfir yang semakin tipis. Semenjak kecil, keluarga kita berusaha mengajari untuk berlaku jujur dalam segala hal dengan menerapkan sistem hukuman untuk mengantisipasi pelanggaran. Namun, efektifkah?
          Kejujuran pun kini semakin digembar-gemborkan melalui pendidikan karakter yang diprogramkan oleh pemerintah untuk dilaksanakan di lingkungan sekolah, termasuk melalui kantin kejujuran. SMA Negeri 1 Salatiga pun mengadopsi hal yang demikian untuk dapat diterapkan di lingkungannya. Hal yang dirasa sudah terlambat karena kejujuran seharusnya menjadi sifat yang sudah dibawa semenjak mereka lahir. Karena menerapkan sifat ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bersyukurlah orang tua yang sudah mengajarkan sifat ini kepada anaknya semenjak kecil, layaknya kertas putih yang akan lebih mudah digambar dibanding kertas yang sudah tidak memiliki ruang untuk diisi bahkan sulit untuk dihapus.
          Maka, sudah semestinya pemikiran orang tua yang menganggap masa kecil adalah masa yang seharusnya bisa dinikmati anak tanpa harus dibebani adanya batasan-batasan etika tertentu harus dihapuskan . Pembiasaan yang semestinya sudah mulai dirubah semenjak sekarang bagi para calon orang tua. Karena masa kecil adalah titik awal bagi seorang anak untuk membentuk karakternya ketika mulai beranjak dewasa menghadapi masa depannya.
          Kantin kejujuran yang didirikan oleh SMA Negeri 1 Salatiga mestinya bisa diterima dan tidak menyinggung bagi seluruh keluarga besarnya jika mereka sudah terbiasa dengan hal yang demikian. Sifat jujur dan rasa memiliki dalam kebersamaan dengan sendirinya akan menjaga kelangsungan kantin ini tanpa harus adanya penjaga atau pengawas, karena penjaga atau pengawas itu adalah diri kita sendiri. Jadi, tidak ada hal yang perlu dicurigai ataupun diwaspadai karena ini merupakan bentuk tanggungjawab kita bersama. Bukankah kita juga merasa memiliki atas kantin ini?  Jadi, kantin kejujuran merupakan bagian kecil yang ikut berperan dalam membantu membentuk karakter kejujuran atau sifat jujur dari seseorang, bukan hanya siswa. Tetapi kantin kejujuran minimal mampu dijadikan sarana untuk melatih sifat itu yang diprasaranai oleh sekolah.
          Jadi, pendirian kantin kejujuran adalah baik selama hal itu tidak dijadikan satu-satunya tolok ukur untuk melatih tingkat kejujuran bagi lingkungan di sekitarnya. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik dan benar, maka pendiriannya bukan hanya sekedar musiman layaknya cendawan yang tumbuh dimusim hujan yang kemudian akan tergerus dan hilang seiring bergantinya musim. Benar-benar sudah siapkah kita dengan pendirian kantin kejujuran ini? Jawabannya ada di dalam hati kita masing – masing tanpa harus kita ucapkan  dan hasilnya akan dapat kita lihat dalam beberapa waktu ke depan. Berlanjut atau berakhirkah nasib ‘kantin kejujuran’ ini jika kita semua memang benar- benar bisa ‘jujur’?
         
         Yulina A
X-5/30 

Ponsel itu Pengganggu?

Ponsel , barang yang sudah tidak lagi menjadi barang tersier, namun telah menjadi barang primer yang seakan – akan setara dengan nasi. Banyak remaja kita yang berkata : “ Kami lebih baik mati daripada hidup tanpa handphone “ makin menegaskan bahwa ponsel sudah menjadi kebutuhan hidup. Tua-muda, bawah, menengah dan juga kalangan atas sangat dekat dengan ponsel. Produsen ponsel pun juga mengambil kesempatan ini untuk terus mengeluarkan model-model terbaru dengan fitur – fitur yang semakin bervariasi. Namun, efektifkah penggunaannya?

Ponsel telah menjadi komputer kecil yang kegunaannya sangat membantu apalagi bagi para pelajar. Menurut survei, ponsel yang kini telah didukung oleh internet service tak dapat disangkal bahwa telah membantu mereka dalam mencari bahan pelajaran. Seperti di SMA N 1 Salatiga, ponsel juga menjadi barang yang mendukung proses belajar mengajar akan tetapi benarkah ponsel sepenuhnya dipergunakan untuk pembelajaran dan tanpa mengakses situs yang ‘kurang bermanfaat’? Itu yang perlu dipertanyakan.

Sebenarnya, fungsi dari baik buruknya ponsel tersebut tergantung personal masing – masing karena ponsel merupakan suatu barang pribadi. Sehingga apabila dalam pembelajaran ponsel ini dirasa mengganggu yang sesungguhnya terjadi adalah siswa itu sendiri yang tidak bisa menempatkan diri karena jika dilogika ponsel hanyalah benda mati yang menuruti `perintah tuannya. Lalu, apa yang harus dipersalahkan dari sebuah ponsel?

Jika ada peraturan yang melarang untuk ponsel diaktifkan pada saat pembelajaran itu sama saja pemberlakuan sistem dilihat dari satu pihak. Ponsel tidak selamanya buruk karena tak dapat dipungkiri bahwa ponsel sangat membantu dalam kehidupan kita sehari – hari.Efektif tidaknya suatu ponsel bagi pemiliknya bukan menjadi urusan kita, yang bisa kita lakukan hanya memperingatkan dan jika tidak diperhatikan bukan menjadi tanggungan kita.

Pengaktifan ponsel saat pelajaran pun seharusnya tidak menjadi masalah karena kita tidak tahu kabar atau masalah apa yang akan terjadi, sehingga bisa saja ponsel sangat membantu untuk menyelesaikan suatu masalah. Akan tetapi, yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana ponsel ini bisa berguna dengan maksimal tanpa mengganggu proses belajar mengajar. Namun, kembali lagi kepada prinsip masing- masing personal bahwa kita tidak dapat memaksakan kehendak. Sekeras apapun kita berusaha, jika tidak ada kemauan dari diri sendiri, maka apapun yang kita lakukan akan percuma.

Woro Dyasti P

X-5/ 29

Melatih Kejujuran melalui Kantin Kejujuran

          Kejujuran mahal harganya. Ya, kalimat itu sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat, berangsa dan bernegara. Terlebih, saat melihat berita di koran, majalah, televisi, dan media masa lain. Nazarudin, Nunun, Gayus adalah sebagian orang yang melakukan praktik korupsi. Becik ketitik ala ketara. Baik dan buruk akan ketahuan pada akhirnya. Apa mereka ketika duduk di bangku sekolah tidak diajarkan kejujuran di sekolah?
          Bohong sering dihiraukan orang lain. Ada yang dengan sengaja melakukannya, ada pula yang terpaksa. Baik terpaksa maupun tidak, seseorang harus berusaha jujur. Oleh karena itu, apabila hal ini dibiarkan, lama-lama hal ini akan membudidaya dalam masyarakat. Perlu ditanamkan kejujuran sejak dini kepada pelajar agar terbiasa berkata jujur. Hal ini untuk mempersiapkan masa depan supaya pemimpin bangsa kelak mensejahterakan rakyat, bukan membuat rakyat menderita.
          Dalam rangka mewujudkan generasi muda mendatang memiliki kepribadian yang baik, sekolah-sekolah kini menggalakkan pendidikan karakter di mana pelajar mendapat pidato atau bahkan berlatih mempraktikan langsung pendidikan karakter. Ada yang berpendapat, ”Memangnya selama ini tidak dididik dengan baik dan benar?”. Namun ada juga yang berpendapat, ”Bukannya begitu, melainkan kita harus lebih mendidik siswa agar di masa mendatang tidak terjadi hal hal negatif seperti sekarang.”
          Pendapat manapun yang dikemukakan kita sebaiknya mengambil hal hal positif yakni meningkatkan karakter siswa dalam realita kehidupan. Muncul sebuah gagasan yakni kantin kejujuran.  Kantin kejujuran sebagai media penerapan pendidikan karakter siswa. Siswa mengambil dan meletakan uang sesuai dengan transaksi yang dilakukannya. Dengan demikian, apabila kejujuran terus diasah, dapat membudidaya dalam karakter siswa.
          Semua dilakukan untuk mendidik siswa agar mampu menjadi pemimpin yang jujur, adil dan bijaksana. Dengan demikian, koruptor-koruptor masa mendatang semakin sedikit. Komisi Pemberantas Korupsi tidak perlu bersusah payah memberantas koruptor. Dengan begitu, negara akan makmur dan sejahtera.



Ivan Dana Saputra/15


Sistem Poin yang Sangat Berguna


Akhir-akhir ini banyak sekali siswa-siswa SMA dan SMK yang enak-enakan nongkrong di pinggir jalan padahal sudah waktunya mereka harus segera masuk sekolah. Mereka seperti orang yang tidak mempunyai beban padahal mereka adalah generasi penerus bangsa. Maka dari itu, untuk mengatasi siswa-siswa yang kurang tertib seperti itu diperlukan pemberlakuan sistem poin. Sistem poin merupakan suatu sistem ketertiban dengan ketentuan siswa yang melanggar tata tertib akan mendapat poin dan hukuman.
Pemberlakuan sistem poin akan sangat membantu dan diperlukan oleh semua sekolah. Sistem poin ini sangat diperlukan untuk mencegah pelanggaran tata tertib sekolah. Dengan sistem ini, karakter positif dari setiap siswa insyallah akan terbentuk dengan baik. Selain itu, sistem ini juga akan membantu siswa untuk mencapai prestasi yang maksimal. Hal ini dikarenakan dengan keadaan siswa yang selalu  Dan dengan sikap disiplin ini, maka juga akan mempengaruhi kedisiplinannya dalam belajar.
Kebenaran dari pernyataan diatas dapat kita lihat di SMK N 2 Salatiga. Disana, tata tertib dan sistem poin sangat ditegakkan. Mulai dari hal terkecil sampai hal terbesar diatur. Bahkan hanya masalah rambut saja juga diatur. Disana semua siswa laki-laki harus berambut dengan model bros. Dan dapat kita lihat apa yang didapatkan, siswa-siswanya  mampu berprestasi dan dapat menciptakan barang-barang yang tentunya berguna untuk negeri ini.
Selain itu, di salah satu SMA yang terkenal di Kota Salatiga yakni SMA N 1 Salatiga sejak dahulu siswa-siswanya sudah banyak yang meraih prestasi. Ada yang juara olimpiade, juara olahraga, menyanyi, cerdas cermat dan lain lainnya. Mereka tidak hanya sampai pada tingkat nasional saja bahkan bisa mencapai tingkat internasional. Dimana semua itu tidak hanya diraih hanya dengan belajar saja tetapi juga dengan penegakan tata tertib yang juga didukung dengan penerapan sistem poin yang ketat.
Pada dasarnya penerapan sistem poin di sekolah-sekolah seperti SMA,SMK dan MA akan sangat bermanfaat. Dengan penerapan sistem poin, memungkinkan tata tertib sekolah bisa terlaksana dengan lancar dan baik. Dengan penerapan sistem ini insyaallah akan membantu pembentukan karakter setiap siswa menjadi lebih baik dan bermutu. Maka dari itu,penerapan sistem poin di sekolah-sekolah akan sangat menguntungkan dan bermanfaat.

Post by:
Nama : Rohman Sidik
Absen : 25

Tugas Argumentasi


SISTEM POIN MENGAJAK SISWA LEBIH MENGHARGAI
Sebagian besar sekolah di Indonesia telah memberlakukan sistem poin pada pelanggaran tata tertib siswa. Pemberlakuan sistem poin  dimaksudkan agar siswa lebih disiplin dan patuh dalam melaksanakan tata tertib. Sistem pemberian poin pada pelanggaran tidak hanya dilaksanakan pada jenjang SMA / sederajat, di SMP / sederajat pun sudah banyak yang memberlakukan sistem tersebut.
Pemberlakuan sistem poin ini sunguh sangat bermanfaat, baik bagi guru, siswa, maupun orang tua. Bagi guru sistem ini dapat membantu untuk menghukum siswa yang melangaar tata tertib. Bagi orang tua sistem ini membantu para orang tua dalam mengawasi tingkah laku anaknya. Awalnya, banyak siswa yang menganggap sistem ini hanya omong kosong, sangat merugikan dan tidak mempunyai keuntungan sedikit pun bagi para siswa. Namun, apabila para siswa menelaah lebih lanjut, banyak sekali manfaat yang didapat di dalamnya. Tidak hanya mengajarkan siswa untuk disiplin, tetapi sistem ini juga megajarkan siswa lebih menghargai sesuatu hal dan mengajarkan suatu nilai keindahan dan kerapian.
Pemberian sistem poin pada pelanggaran tata tertib, juga menjadi tolak ukur antara siswa yang patuh terhadap peraturan dengan siswa yang melanggar peraturan. Jadi, siswa yang selalu mematuhi peraturan tidak merasa dirugikan dan siswa yang selalu melanggar peraturan tidak selamannya untung. Bisa dibilang poin-poin tersebut merupakan dosa kita, apabila kita melanggar tata tertib poin kita akan bertambah  dan jika poin-poin tersebut terus bertambah hingga batas ukuran, kita dapat dikeluarkan dari sekolah.
Pemberian poin pada setiap pelanggaran tentu saja berbeda. Pelanggaran ringan akan mendapat poin yang kecil, contohnya terlambat dan memakai sepatu berwarna. Sementara itu, pada pelanggaran berat poin yang diberikan tidaklah sedikit dan ada beberapa  pelanggaran yang tidak dapat di toleransi seperti hamil / menghamili, tawuran,mencuri, membunuh, pihak sekolah tidak segan-segan untuk mengeluarkan dari sekolah atau lebih sering kita kenal dengan istilah drop out.
Seperti halnya di SMA N 01 Salatiga, setiap awal pelajaran siswa diberi batasan poin pelanggaran sebanyak 150 poin, apabila poin siswa telah memenuhi 150 siswa tersebut akan dikeluarkan. Fakta lainnya adalah disalah satu SMP di Indonesia, pada tata tertib tercantum siswa di wajibkan memakai kaos kaki 10 cm di atas mata kaki dan diharuskan memakai sepatu putih polos, apabila ada salah satu guru melihat siswanya yang tidak mematuhi peraturan tersebut, guru tersebut tidak segan-segan untuk mengambil sepatu dan mempuang kaos kaki yang dipakai oleh siswa. Tidak lupa siswa tersebut mendapat poin pada buku pelanggaran.
Dapat dikatakan sistem pemberian poin sangat ampuh untuk di berlakukan di sekolah-sekolah. Selain menguntungkan bagi guru, sistem ini juga membuat siswannya jera atas perilaku menyimpangnya dan tidak akan melanggar peraturan lagi. Tidak hanya itu, sistem poin juga dapat membentuk kepribadian siswa menjadi siswa yang berkepribadian baik, bertanggungjawab dan patuh          

Ulayatul K 28/x5                                                       

Jumat, 27 Januari 2012

Paragraf Argumentasi : Pengawasan Guru pada Kantin Kejujuran, Efektifkah? (Khususnya SMA N 1 Salatiga)

          Di zaman ini, pendidikan karakter amatlah dibutuhkan bagi siswa. Sebab, globalisasi yang amat cepat dapat mempengaruhi karakter siswa baik yang buruk maupun yang baik. Sekarang, tinggal memikirkan bagaimana cara membuang karakter buruk siswa. Salah satu caranya adalah dengan kantin kejujuran.
          Kantin kejujuran yang saat ini sedang digembar-gemborkan oleh pemerintah dalam membentuk kejujuran siswa adalah salah satu upaya dalam memberikan pendidikan karakter. Hal itu dapat dilihat dari siswa mengambil barang, membayar, serta mengambil kembalian sendiri tanpa ada mengawasi. Selain itu, kantin kejujuran juga membentuk kemandirian siswa.
          Namun, berbeda kenyataannya dengan SMA Negeri 1 Salatiga. Di sana baru saja dibuat kantin kejujuran. Namun peminatnya masih sedikit. Mengapa demikian? Ternyata, usut punya usut guru masih menjaga kantin kejujuran tersebut. Bagi sebagian murid SMA Negeri 1 Salatiga itu menyalahi aturan. Sebab, namanya saja kantin kejujuran kenapa ada guru yang menjaga? Kesannya seperti anak bebek yang masih ikut induknya.
          Sampai kapan keadaan itu akan berlanjut? Bukankah hal itu akan membuat siswa tidak bisa mengeluarkan karakter kejujurannya? Memang, guru hanya diam saja dan hanya mengawasi. Tapi, bukankah itu sama saja memberi tekanan kepada siswa   ingin jujur. Kalau masih diawasi oleh guru, berarti namanya bukan kantin kejujuran.
          Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa kantin kejujuran di SMA Negeri 1 Salatiga belum diminati siswa karena guru masih mengawasi. Bagaimana bisa berlatih jujur dan mandiri jika masih ada guru yang mengawasi? Apakah akan membentuk karakter siswa jika masih diawasi? Semua itu kita kembalikan pada pribadi masing-masing siswa.


Nama : Dewi Khusnul Khotimah
Kelas : X5
Absen : 05

tugas argumentasi


Kantin kejujuran alat perubah moral bangsa

          Akhir-akhir ini kita sering mendengar bahwa negara kita mengalami demoralisasi. Justru hal itu dikarenakan oleh pejabat Negara kita, contohnya: korupsi, suap menyuap antara pejabat, dan lain-lain. Oleh sebab itu di Negara kita harus ada alat untuk mencegah demoralisasi sejak usia dini agar Negara kita tidak dianggap bangsa yang baik hanya di dalam kertas atau bangsa on paper. Salah satunya dengan penerapan pendidikan karakter di sekolah.
         Kantin kejujuran pada akhirnya diterapkan di sekolah kita. Kantin kejujuran juga melatih iman kita saat berada di situasi hanya allah yang mengetahui perbuatan kita. Karena setiap perbuataan kita pada akhirnya akan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti.
         Di sekolah kita sebenarnya sudah bagus sayangnya masih kurang lengkap makanan maupun minumannya mungkin itu yang menyebabkan kurang minatnya siswa untuk datang ke kantin kejujuran di sekolah. Kurang sosialisasi juga merupakan salah satu faktor kurang minatnya siswa alhasil peminat kantin kejujuran akan dikalahkan peminat kantin yang lama.
         Di sekolah lain juga ada kantin kejujuran yang mirip seperti di sekolah kita. Kantin kejujuran di sekolah lain sudah di lakukan sosialisasi sehingga peminatnya banyak. Kantin kejujuran sudah banyak diberlakukan di sekolah-sekolah lain bahkan instansi pemerintah banyak yang memberlakukan kantin kejujuran ini.
         Jadi, tidak perlu ada kamera di setiap ruangan untuk membuat orang jujur akan tetapi dengan memberlakukan kantin kejujuran sudah cukup untuk merubah pola perilaku bangsa kita. Justru orang jujur merupakan orang yang dicari selain orang pintar. Karena sebenarnya orang jujur lebih mulia daripada orang pintar.

Nama: Heru Adi Nugroho
Absen : 13

Paragraf Argumentasi

Ponsel atau Siswa yang Bersalah? 
Ponsel adalah alat komunikasi yang fleksibel. Mulanya, ponsel dianggap sebagai barang mewah tetapi sekarang tidak lagi. Ponsel telah menjelma menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang. Tidak hanya orang penting yang menggunakan ponsel tetapi orang biasa pun telah menggunakan ponsel. Begitu pula para pelajar. 
Ponsel atau handphone bukan hal asing lagi bagi para siswa sekolah. Bukan hanya kalangan siswa SMA atau mahasiswa, zaman sekarang siswa SD pun sudah memiliki HP. Handphone memang punya banyak manfaat jika dipergunakan sebagaimana fungsinya. Namun, yang terjadi selama ini adalah penyalahgunaan HP. Siswa asyik bermain dengan HP dan melupakan tugas utamanya yaitu belajar.
Misalnya saja,siswa SMA 1 Salatiga. Mungkin tidak semua siswa melakukan ini, hanya beberapa siswa. Awalnya, ponsel dibawa dengan alasan untuk menghubungi orang tua untuk mengantar jemput. Pada kenyataannya ponsel malah digunakan saat jam pelajaran berlangsung. Apabila masih berkaitan dengan pelajaran mungkin masih bisa ditolelir. Tetapi apakah meng-update status di facebook, meng-sms pacar,mendengarkan lagu dengan headset secara sembunyi, atau searching hal-hal aneh di google masih berkaitan dengan pelajaran?Tentu tidakkan. Hal yang semacam ini menyebabkan perhatian siswa teralih dari pembelajaran yang disampaikan guru. Padahal penjelasan dari guru merupakan salah satu cara belajar yang efektif. Alhasil, nilai yang didapatkan rendah dan penyesalan yang datang.
Penggunaan HP memang sudah dilarang disekolah apalagi di SMA 1 Salatiga. Namun, karena banyak siswa yang tetap mengotot membawa ponsel dengan berbagai macam alasan, larangan di daftar peraturan seolah-olah hanya hiasan saja. Memang ada beberapa guru yang dengan tegas melarang siswa menggunakan HP saat pelajaran bahkan sampai mengancam HP akan disita tapi sepertinya siswa tidak juga jera. Tidak jarang juga murid yang membawa ponsel dan tetap fokus pada pelajaran. Mereka bisa menahan diri untuk tidak mengaktifkan ponsel saat pelajaran berlangsung. Semua tergantung dari pribadi masing-masing siswa. 
Ponsel memang sangat penting dizaman serba modern ini. Tetapi jika ponsel hanya mengganggu proses belajar dan menurunkan prestasi siswa, lebih baik tidak memiliki HP. Oleh karena itu, peranan orang tua, guru dan masyarakat sangat mengurangi pengaruh ponsel terhadap siswa.

Laila Sulhah Fernanda X5/18

Kamis, 26 Januari 2012

TUGAS ARGUMENTASI

                PENGGUNAAN PONSEL OLEH SISWA DI SEKOLAH

       Akhir-akhir ini sudah banyak pelajar yang menggunakan ponsel. Baik dikalangan pelajar SMP maupun SMA. Mungkin siswa beranggapan bahwa apabila tidak mempunyai ponsel akan merasa malu. Namun, apabila siswa membawa ponsel tentu akan menimbulkan dampak negatif. Salah satunya saat siswa menggunakan ponsel di sekolah.
       Sebetulnya, siswa diperbolehkan membawa ponsel ke sekolah. Selain sebagai sarana komunikasi, ponsel juga dapat digunakan sebagai sarana belajar. Hanya saja, siswa sering menyalahgunakan ponsel tersebut. Saat jam pelajaran siswa sering menggunakan ponsel baik untuk mengirim SMS, bermain facebook, ataupun untuk yang lainnya. Tentu inilah yang menjadi permasalahannya.
       Padahal dalam tata tertib di sekolah sudah ditegaskan bahwa pada saat jam pelajaran siswa dilarang menggunakan ponsel. Namun, masih tetap saja ada siswa yang menggunakan ponsel. Mungkin karena siswa beranggapan bahwa guru tidak akan mengetahuinya sehingga siswa tersebut melakukannya dengan santai tanpa takut ketahuan dan hukuman yang akan menimpanya. 
       Ada juga siswa yang kepergok sedang menggunakan ponsel saat jam pelajaran oleh gurunya. Lalu siswa tersebut dihukum dan ponselnya disita oleh gurunya. Namun, ada juga siswa yang tidak jera setelah diberi hukuman. Hal ini bisa disebabkan karena siswa tersebut mungkin hidupnya berkecukupan sehingga dapat membeli ponsel lagi. Dan akhirnya, menggunakan ponsel saat jam pelajaran tetap dilakukan oleh beberapa siswa.
       Sekali lagi, dapat dikatakan bahwa di zaman modern ini sudah banyak siswa yang menggunakan ponsel terutama saat berada di sekolah. Mungkin penggunaan ponsel di sekolah dapat mengganggu aktivitas belajar-mengajar. Namun, disisi lain ponsel juga ada manfaatnya serta dapat membantu apa yang kita butuhkan.



Siptian Nugrahawan
X5/27

TUGAS ARGUMENTASI
SISTEM POIN ATAU SISTEM HUKUM DITEMPAT

                Setelah tidak diterapkannya sistem tata tertib hukum ditempat, sekarang kepala sekolah SMAN 1 Salatiga menerapkan sistem poin yang diharapkan lebih efektif dari sistem hukum ditempatyang terlalu tegas untuk siswa.
                Sistem poin dipandang lebih toleran daripada sistemsistem ditempat dilakukan jika ada siswa yang melanggar peraturan, siswa diberikan sanksi pada saat itu juga. Namun, pada sistem poin sanksi tidak diberikan lansung melainkan sanksi akan diberikan saat siswa melalui batas poin, dan sanksinya pun sangat ringan yaitu dengan cara teguran-teguran dari pihak konseling sekolah dan wali siswa.
                Sistem poin di SMAN 1 Salatiga memberikan 4 tingkat batas poin pelanggaran bagi siswa. Tingkat pertama yaitu saat siswa sudah mendapatkan  poin pelanggaran 30, wali siswa akan di panggil dari pihak konseling sekolah. Setelah itu, tingkat yang kedua saat siswa sudah mendapat poin mencapai 75 siswa akan diskors selama 3 hari. Setelah itu, tingkat yang ke tiga yaitu saat siswa sudah melakukan pelanggaran sampai poin 100 siswa akan diskors selama 6 hari. Yang terakhir, tingkat 4 yaitu saat siswa mencapai poin 150 siswa akan dikeluarkan dari sekolah, pada tingkat ini biasanya untuk pelanggaran-pelanggaran yang fatal, seperti hamil, menghamili, dan lain lain.
                Sistem poin memiliki keburukan dan kebaikan. Keburukannya yaitu memberi peluang siswa untuk melakukan pelanggaran. Tetapi kebaikannya memiliki pendidikan karakter yang baik yaitu memberikan dan menumbuhkan kesadaran diri siswa untuk tidak melakukan pelanggaran lagi tanpa harus tidak melakukan pelanggaran lagi karena kapok mendapat sanksi yang keras yaitu pada saat menggunakan sistem tata tertib hukum ditempat.
                Jadi dapat disimpulkan, sistem poin kurang efektif dibanding tata tertib hukum ditempat. Tetapi sistem poin lebih melatih dan menumbuhkan karakter siswa untuk tidak melakukan pelanggaran dengan kesadaran diri sendiri.

BANGGA PRAMOEDJA
X5/04

Kantin Tuntunan Masa Depanku
(Farans Vikram A    X5/08)
                                                                                    
Saat ini, karakter bangsa Indonesia mengalami keruntuhan yang sangat drastis. Hal itu terbukti dengan banyaknya korupsi,  bentrok, kerusuhan, dan hal-hal buruk lain yang tidak diinginkan.  Banyak orang-orang pintar alias pejabat negara yang melakukan korupsi. Banyak guru yang melakukan kekerasan pada murid untuk melampiaskan amarahnya. Banyak mahasiswa yang  bentrok dan tawuran yang mungkin hanya gara-gara emosi belaka. Juga ada  banyak remaja SMA yang membuat kerusuhan, melakukan pergaulan  dan  seks bebas. Padahal, dari segi pendidikan, mereka tergolong sebagai orang yang mempunyai pendidikan tinggi. Lalu, mengapa mereka berbuat seperti  itu??? Bukankah pendidikan yang mereka terima sudah cukup untuk menuntun hidup mereka???

          Dari hal-hal yang telah disebutkan di atas, menunjukkan bahwa banyak orang yang mempunyai pendidikan yang tinggi, tetapi mempunyai karakter yang buruk, karena mereka cenderung mempunyai sifat egois dan emosi yang labil. Banyak lembaga-lembaga pendidikan yang mampu memberikan pendidikan akademik dengan baik, namun tidak dapat memberi pendidikan karakter dengan baik. Contohnya saja pejabat yang korupsi, mereka tidak dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikan, serta  tidak dapat menjadi orang yang jujur. Mereka memanipulasi uang negara untuk kehidupan mereka sendiri. Salah satu cara mudah  yang dapat digunakan untuk membina kejujuran itu sendiri yaitu dengan membuat kantin kejujuran di sekolah.

          Sekarang , hampir di setiap sekolah mempunyai kantin kejujuran. Walaupun ada beberapa sekolah yang gagal dalam melakukan misi ini (terbukti dengan adanya kebangkrutan), kantin kejujuran ini masih tetap digunakan oleh banyak sekolah. Para guru sangat merespon baik adanya kantin kejujuran ini, karena mereka berharap dengan adanya kantin kejujuran, kejujuran para siswa dapat terbina dengan baik. Selain itu,  keuntungan dari kantin kejujuran dapat digunakan untuk menambah keuangan sekolah atau mungkin digunakan untuk aksi sosial.

          “ Kantin kejujuran sangat beguna bagi kehidupan dan masa depan kami, karena dengan adanya katin kejujuran, kami dilatih untuk bisa mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikan, dan  kami juga dilatih untuk menjadi orang yang jujur. ” Ujar salah satu siswa SMA Negeri 1.  Memang benar pendapat tersebut, karena kantin kejujuran sangat berguna untuk mendidik karakter bangsa.

          Di sisi lain, tak sedikit pula siswa yang menyalahgunakan kantin kejujuran. Saat mereka membeli barang atau makanan , mereka tidak membayar dan langsung meninggalkan kantin kejujuran. Mungkin mereka berpikir, kalaupun mereka berbuat curang, takkan ada orang yang tahu. Mungkin juga ada siswa yang pura-pura lupa membayar.

Namun, itu semua kembali kepada diri kita masing-masing. Apabila karakter kita memang ingin dibentuk, kita harus memulainya sejak dini. Kantin kejujuran yang dibuat oleh sekolah hanya sebagai sarana untuk melatih kejujuran kita, tetapi selebihnya tergantung pada hati nurani kita.  Jika kita dapat memanfaakan kantin kejujuran dengan baik, pastilah masa depan kita akan cerah dan kita akan menjadi  menjadi geneasi penerus yang mempunyai ilmu dan akhlak  yang mulia. Ingat, ilmu tanpa budi adalah kerapuhan jiwa.
:-j

Bahasa Indonesia Paragraf Argumentasi


Tema : Penggunaan ponsel pada saat jam pelajaran

Kegunaan Ponsel bagi Siswa
Penggunaan ponsel di kalangan pelajar saat jam pelajaran memang perlu dilarang karena dapat mengganggu proses belajar yang sedang berjalan. Konsentrasi siswa dapat terbagi  antara menerima pelajaran dan memainkan ponsel. Ponsel juga dapat berpengaruh buruk jika tidak digunakan sesuai dengan keperluan. Apalagi pada seorang siswa, jika tidak dibatasi siswa bisa menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk bermain ponsel. Sedangkan, pada saat ini ponsel sudah bervariasi dan ada banyak aplikasi-aplikasi canggih pada ponsel yang membuat seseorang makin senang memainkan ponsel.
            Ada sebagian sekolah yang melarang siswanya membawa ponsel seperti pada sekolah-sekolah SMP dan jika ada siswa yang membawa ponsel maka akan disita. Sesekali, pihak sekolah juga mengadakan operasi untuk mengetahui siswa yang membawa ponsel. Tak hanya itu, ponsel siswapun akan ditahan selama satu semester dan akan dikembalikan pada saat pengambilan rapor.
            Berbeda dengan SMP di SMA seluruh siswa sudah diperbolehkan membawa ponsel. Tetapi, tentu saja tidak boleh digunakan saat jam pelajaran. Jika ada siswa yang bermain ponsel saat kegiatan belajar mengajar maka akan mendapat sanksi yaitu penyitaan ponsel. Ada juga sebagian guru yang membuat kesepakatan sendiri dengan siswa yaitu tidak akan mengembalikan ponsel jika ada siswa yang bermain ponsel saat kegiatan belajar mengajar. Namun, ada juga guru yang memperbolehkan penggunaan ponsel saat jam pelajaran. Tetapi, hanya untuk proses penghitungan saja seperti pada pelajaran kimia yang banyak membutuhkan proses penghitungan.
            Berbeda dengan siswa, penggunaan ponsel pada guru diperbolehkan mungkin karena guru lebih  bijak dalam menggunakan ponsel serta banyak hal-hal penting yang  disampaikan pada guru melalui ponsel saat jam pelajaran. Misalnya, telpon dari dinas pendidikan. Tidak seperti siswa yang masih labil dan belum bisa mengendalikan diri dalam penggunaan ponsel (telpon seluler).
            Pada Sekolah Menengah Pertama pihak sekolah tidak memperbolehkan siswanya membawa ponsel. Sedangkan pada Sekolah Menengah Atas pihak sekolah sudah memperbolehkan siswanya membawa ponsel. Tetapi, tidak boleh digunakan pada saat kegiatan belajar mengajar .Ponsel dapat digunakan saat jam istirahat. Pada satu sisi ponsel memang dapat mengganggu proses pembelajaran. Namun, disisi lain ponsel dapat membantu jika dipergunakan dalam keadaan dan kondisi yang tepat.
           

Mei Pancaridian
X5 / 20